Saat di mana saya sedang bersantai-santai di dlm kelas tiba-tiba saya mendengar gosib yang beredar bahwa org tua teman kami ingin berangkat ke tanah suci awalnya sya menggapi nya dengan santai namun krna saya telah berjanji akan hadir di acara org tua beliau sehingga sya dan kedu teman saya (anjas dan rifky) berangkat sepulang sekolah kami ber tiga melaukan perjlnan…
Teman sya anjas terpaksa berbohong kepada org tuanya agar di izinkan pergi dan saya pun begitu, kami berangkat dengan sebuah kebohongan agar janji kami dapat kami tepati..
Di perjln kami selalu mendapat berbagai macam kendala ,saat kami hampir jatuh di krnakan kami menginjak lobang yg berada di tengah jln, begitupun dengan tikungan kami yang tidak sempurna sehingga kami melebar dan mengambil jalur salah untung sja saat itu kendaraan sepi..
Perjalanan kami memakan waktu yang lama dan menguras tenaga, setibanya di pertengahan jalan kami singgah di SPBU untuk mengisi bensin dan kami melanjutkan perjlnan kembali, hingga kami tiba di salah satu pertigaan penunjuk arah kami rifky pun bigung dan sudah lupa” dengan arah tujuan kami,, namun seperti kata pepata “malu bertanya sesat di jalan” krna kami tdk ingin tersesat jadi kami bertanya kepada anak” di sekitar dan dia menunjuk arah timur dan kami pun berterima kasih dan melanjutkan perjlnan..
Tibalah kami di sebuah perdesaan yang jln-nya penuh dengan lubang..
Kami mengendarai sepeda motor tapi seprtinya kami sedang menunggangi seekor kuda di krnakan jln yang begitu berlubang..
Hari semakin larut dan kami pun belum tiba di tujuan akhirnya saya dan temn sya anjas membuat dokumentasi perjln kami dengan sebuah video HP namun terjadi kesalahan saya tak menyimpan hasil rekaman itu sehingga hasil dokumentasi kami sia-sia….
Tibalah kita di sebuah desa yg bernama LAMBANDIA di lambandia kami mencari rumahnya pak firman yg menurut sya dan anjas adalah rumahnya teman kami yg sedang melgsungkan acara (ira) … nmaun ternyata kami slah
firman adalah nama org tua dari temn kelas kami yang bersal dari lambandia yaitu firda…
Setibanya kami di rumah firda kami di beri makan.. krna hari semakin larut dan kami tdk boleh bermlm saya dan anjas bergegas mencari rumah pak firman (saat itu kami blm tau bahwa pak firman adalah ayah dari firda kami masih beranggapan bahwa pak firman adalah ayah dari ira) kami berjln sekitar 20 km kami tak lupa singgah untuk bertanya tentang pak firman yang ingin menaikan istinya ke tanah suci namun tak ada yang mengetahui tentang hal itu..
Kami pun memasuki desa baru entah apa nma desa itu kami bertanya kepada lurah desa tersebuat namun mereka memberi jawban yang menurut kami kurang jelans.. kami pun melanjutkan perjlnan kami.. tibanya kami di pertigaan kami bertemu dengan seorg nenek yang menunjukan rumah pak firman, kami bergegas menuju rumah tersebuat dan kami bertanya kepada seorang gadis yang mempunyai kulit hitam “mana rumahnya pak firman” dan dia menjawab “pak firman adalah bapakku” sya dan anjas saling bertatapan dgn ekspresi yang aneh dan berfikir apa betul ini ade dari ira dan untuk memastikannya kami bertanya lagi “km punya kk yang namanya ira” dia menjawab “ tdk ada” tampa buang-buang waktu kami pun langsung plg ke rumah firda. Setelah kami menceritakan kejadian tadi mereka menertawai kami berdua kami heran knpa mereka menertawai kami.
Ternyata alasannya rumah pak firman adalah rumah firda bukan rumah ira.
Mlm telah datang kami pun melanjutkan perjlnan ke rumah ira kami di pandu oleh tetangga firda setibanya di rumah ira kami makan kue dan plg kembali ke kolaka, rasanya kami telah puas krna telah memenuhi janji kami,,
Di perjln plg kami kedinginan dan kecepatan mtr kami perlambat rifky si pembalap lorong melaju dengan cepat di dpn kami, kami yang kedinginan terpaksa harus mengikut diblkan mobil truk agar kami bias merasa hangat, setelah merasa hangat kami melambung mobil truk itu dan melaju dengan cepat rifky sudah tak dapat kami kejar lagi..
Tibanya di 20 km kami mulai kehabisan bensin sedangkan rifky sudah ada di depan kami.
sya dan anjas berdoa agar kami bisa menemui penjual bensin dan doa kami pun terkabulkan tak lama kemudian kami bertemu dengan penjual bensin di sebuah tikungan, dengan rasa legah karna tidak jadi mendorong motor sejauh 20 km kami pun menarik nafas yang panjang ……..
pergelangan tanganku saat itu sangat sakit namun mlm semakin larut kami tak bias berlama” untuk istrahat, setibanya kami di rumahnya anjas, anjas ragu untuk masuk kerumahnya di karnakan takut di marahi org tuanya namun pirasaatnya salah.
Kebalikan dengan saya yang mengganggap tidak kena marah ternyata tiba di rumah sudah mendapatkan arahan dari org tua..
Krna kecapean sya langsung terkapar di tempat tidur……….